Perubahan Perilaku Masyarakat Digital

 


Proses penaklukan ruang atau pelipatan ruang oleh masyarakat modern yang hampir mendekati nol, telah mengalihkan perhatian masyarakat ke dalam ekstasi konsumerisme dan komunikasi. Pelipatan ruang itu sendiri akhirnya menjadi unsur penting dalam wacana konsumerisme, ia menjadi komoditi. Masyarakat modern juga menjadi target market jasa social media management murah untuk mempromosikan jasa mereka.

Adalah wacana konsumerisme yang memungkinkan masyarakat dunia mendiami satu ruang yang disebut Baudrillard ruang simulacrum, yaitu ruang yang disarati oleh duplikasi dan daur ulang berbagai fragmen-fragmen dunia yang berbeda-beda di dalam satu ruang dan waktu yang sama, ruang yang memungkinkan masyarakat Indoneisa, misalnya mengikuti kejadian-kejadian aktual atau model-model yang hangat di New York secara langsung (Piliang, 1998). 


Konsepsi ruang yang sebelumnya berkaitan dengan jarak dan relasi antara waktu perjalanan alat transportasi yang digunakan, kini tidak berlaku lagi di dalam realitas ruang abad ke-21. Apa yang ditawarkan realitas mikro-elektronik tidak kalah realistisnya dari realitas, sehingga menjauhkan dari pengalaman pengindaraan yang biasa. Filsafat ruang menjelang abad ke-21 ditandai oleh beberapa upaya untuk menaklukan ruang lewat teknologi waktu, lewat mesin kecepatan dan percepatan. 


Peringkasan jarak dan waktu melalui teknologi informasi dan komunikasi merupakan satu upaya dekonstruksi ruang. Gerak yang pada waktu lalu berkaitan dengan ”….meninggalkan medan untuk mengejar waktu,” kini lewat kemajuan teknologi informasi digantikan oleh semua simulasi gerak lewat internet (Riding, 1995). Begitu juga yang di paparkan jasa manage instagram mengenai perkemangan teknologi komunikasi. Penguasaan ruang oleh teknologi waktu, penguasaan ruang global oleh simulasi ruang, penguasaan realitas oleh realitas virtual, semuanya akan memberikan makna baru pada objek-objek kebudayaan. Permainan ruang/waktu, baik berupa peringkasan, dekonstruksi, tumpang-tindih, akan menandai bahasa kebudayaan abad ke-21.



Komentar